Artikel (Menegenal Demensia Melalui Musik Caretaker)
Nama : ARYA DUTA PRATAMA
Dosen Pembingbing : Moch Soffan Tiwartono M. Pd
Mengenal
Demensia Melalui Musik Caretaker
Dementia atau demensia adalah penyakit yang mengakibatkan penurunan daya ingat dan cara berpikir. Kondisi ini
berdampak pada gaya hidup, kemampuan bersosialisasi, hingga aktivitas
sehari-hari penderitanya.
Penderita demensia akan sering mengalami
susah berbicara, sulit untuk meningat sesuatu, perubahan mood, melakukan
aktifitas berulang tanpa disadari, insomnia, dan kehilangan memori/ingatan
secara permanen.
Banyak yang tidak
mengetahui atau tidak peduli dengan demensia sampai album berjudul “Everywhere
At the End Of Time” album berseri yang
dirilis pada tahun 2016 sampai 2019 oleh Caretaker, sebuah proyek musik oleh
James Kirby yang menggambarkan kehilangan ingatan dan penyakit Alzheimer.
Keseluruhan album dibuat dari beragam rekaman,
terutama dari musik genre ballroom mulai dari tahun 1920-an hingga 1940-an. Setiap
tahap berhubungan dengan satu sama lain dari enam tahap yang dilalui seseorang
saat menderita demensia. Tahap pertama dirilis pada September 2016, setiap
stage/tahapan dirilis setiap enam bulan sampai berakhirnya proyek Caretaker
pada 14 maret 2019 dirilisnya tahapan 6.
Setiap stage memiliki keunikan sendiri kita mulai dimana semakin naik tingakatan lagu semakin absurd dan susah didengar, seperti lagu gramophone rusak yang diputar berulang-ulang.
Stage 1
“Here we experience the first signs
of memory loss. This stage is most like a beautiful daydream.
The glory of old age and
recollection. The last of the great days.”
Pada stage 1 musik
dimulai dengan judul “it’s just a burning
memory” ada perasaan nostalgia dan perasaan yang salah pada stage ini. Tempo
nada telat, lagu bergema, dan nada diperpanjang. Tapi masih bisa dinikamati.
Dalam stage ini kalian tahu akan tahu akan ada sesuatu yang
buruk akan terjadi.
Stage 2
“The second stage is the self
realisation and awareness that something is wrong with a refusal to accept
that. More effort is made to remember so memories can be more long form with a
little more deterioration in quality. The overall personal mood is generally
lower than the first stage and at a point before confusion starts setting in.”
Pada stage 2 dimulai. Musik
melalui melambat tapi masih memiliki kesamaan dengan stage 1. Ada perasaan kita
masih bisa mengendalikan ingatan kita tapi kenyataanya tidak.
Stage 3
"Here we are presented with some
of the last coherent memories before confusion fully rolls in and the grey
mists form and fade away. Finest moments have been remembered, the musical flow
in places is more confused and tangled. As we progress some singular memories
become more disturbed, isolated, broken and distant. These are the last embers
of awareness before we enter the post awareness stages."
Pada stage 3 musik
semakin aneh. Tempo nada acap kali berputar berulang-ulang seolah berusaha
keras mengisi bait lagu selanjutnya, telat tempo mulai terdengar jelas, volume
lagu naik dan turun secara mendadak, dan perpindahan lagu selanjutnya tanpa
memiliki jeda. Ada perasaan kalian ingin
memasukan semua memori hidup kalian dalam kepala dengan paksa tanpa peduli
dengan susunan memori tersebut.
Stage 4
"Post-Awareness Stage 4 is where
serenity and the ability to recall singular memories gives way to confusions
and horror. It's the beginning of an eventual process where all memories begin
to become more fluid through entanglements, repetition and rupture."
Pada stage 4 suara seperti radio yang
berusaha mencari sinyal yang tepat untuk didengar. Ketika melihat stage 1-3 dan
membandingkan dengan stage 4 perbedaan mulai terasa. Beragam lagu diputar
secara acak & bersamaan mengakibatkan
suasana horror dan kebingungan. Suara atmosfir gelap (Dark Ambient) semakin
mendominasi musik.
Stage 5
"Post-Awareness Stage 5
confusions and horror. More extreme entanglements, repetition and rupture can
give way to calmer moments. The unfamiliar may sound and feel familiar.
Time is often spent only in the
moment leading to isolation."
Pada stage 5 hampir memiliki kesamaan dengan stage 4 tapi pada stage ini sudah jelas bahwa semua memori kita sampai yang paling berhargapun hilang. Suara yang tidak familiar menjadi familiar. Sesuatu yang absurd berubah menjadi ketenangan.
Stage 6
"Post-Awareness Stage 6 is
without description."
Pada stage 6 tidak ada music, tidak ada sampel
music, hanya suara Ambience.
Pada menit terakhir sayup
terdengar suara piano dan suara choir yang menenangkan seolah mengatakan bahwa
orang ini sudah meninggal dengan tenang. Memori musik yang terakhir hilang
bersamaan dengan orang tersebut.
Pesan dari album” Everywhere
At the End Of Time” bukanlah untuk
menakuti -nakutime;ainkan, untuk memahami perasaan penderita demensia atau Alzheimer
terutama orang lanjut usia agar kita bisa mensuport mereka supaya mereka tidak
merasa kesepian. Kita berharap di masa depan kita bisa menemukan obat untuk
penyakit ini
Referensi Materi:
https://www.youtube.com/watch?v=wJWksPWDKOc&t=3019s
https://www.alodokter.com/demensia
https://en.wikipedia.org/wiki/Everywhere_at_the_End_of_Time
Bagusss
BalasHapus